Puasa, Melatih Berhenti Merokok

 

Oleh : Eko Triyanto

Indonesia adalah sorga luar biasa ramah bagi perokok,
tapi tempat siksa tak tertahankan bagi orang yang tak merokok,

Di sawah petani merokok,
di pabrik pekerja merokok,
di kantor pegawai merokok,
di kabinet menteri merokok,
di reses parlemen anggota DPR merokok,
di Mahkamah Agung yang bergaun toga merokok,
hansip-bintara-perwira nongkrong merokok,
di perkebunan pemetik buah kopi merokok,
di perahu nelayan penjaring ikan merokok,
di pabrik petasan pemilik modalnya merokok,
di pekuburan sebelum masuk kubur orang merokok,

Taufiq Ismail – Tuhan Sembilan Centi

Indonesia, masuk 10 besar negara dengan konsumi rokok terbesar di dunia. Maka bait-bait dalam puisi Taufiq Ismail di atas memang gambaran sebenarnya. Secara prosentase, berdasarkan World Population Review, lebih dari 30% penduduk negeri ini adalah perokok. Tidak heran jika terkadang, mereka yang tidak merokok menjadi minoritas dalam acara-acara tertentu.

Jika menilik dari hukum agama, para ulama berbeda pendapat tentang posisi rokok. Ada yang mengharamkan, ada yang menganggap makruh, dan ada pula yang memperbolehkan. Semua bisa mengajukan dalil atau pendapatnya masing-masing. Tetapi secara naluriah kita bisa melihat, seorang perokok berat sekalipun, tidak akan tega merokok disamping anaknya yang masih balita. Demikian juga, para dokter yang selama ini kita anggap orang yang paling paham tentang kesehatan. Mayoritas dokter tidak merokok.

Merokok adalah Pemborosan

Merokok bisa membuat kaya para pemilik pabrik, dan pengusaha dalam jaringan mereka. Sedangkan bagi perokok selain berpotensi menimbulkan penyakit, juga merupakan suatu bentuk pemborosan. Belanja untuk kebutuhan rokok, seringkali mengalahkan kebutuhan untuk pemenuhan gizi bagi anak istri. Juga mengalahkan prioritas untuk biaya pendidikan. Tidak sedikit, anak-anak yang stunting dan kekurangan gizi khususnya protein hewani dari telur, daging dan susu karena uang belanja keluarga habis untuk membeli rokok.

Terkadang, ada pula para murid yang kesulitan dalam membayar sekolah, sampai ijazah mereka tertahan karena belum memenuhi kewajiban. Karena uang habis untuk memenuhi kebutuhan rokok. Jika satu hari seorang menghabiskan 10 batang rokok, dengan harga termurah Rp1500 per batang. Maka dalam sehari ia membakar uang Rp15.000. Dalam sebulan setidaknya menghabiskan uang Rp450.000!

Maka tepat jika sebagian ulama memasukan tindakan merokok sebagai perbuatan boros. Padahal kita dilarang bersikap demikian. “Dan janganlah engkau menghambur-hamburkan harta dengan boros, sesungguhnya pemboros-pemboros itu adalah saudara setan.” (QS Al-Isro:26-27)

Karena menjadi penyebab berbagai penyakit. Maka merokok bisa menimbulkan beban biaya bagi negara dalam penanganan kesehatan. Ini tidak seimbang dengan jumlah pemasukan cukai dan penerimaan lainnya dari industri rokok.

Hal ini diakui menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin, seusai peringatan Hari Tembakau Sedunia tahun 2024 lalu, sepertu dikutip antaranews.com, Beban kesehatan yang dikeluarkan karena penyakit paru kronis itu jauh lebih besar dari pendapatan Bea Cukai. Bahkan Penyakit Paru Obstruktif Kronis (PPOK) yang salah satunya disebabkan oleh asap rokok menghabiskan anggaran kesehatan yang dikelola  Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan hingga lebih dari Rp10 triliun.

Di satu sisi memang mendatangkan pendapatan dari cukai, pajak, dan penciptaan lapangan kerja bagi para buruh pabrik dan petani tembakau. Tetapi pada sisi lain, daya rusak rokok terbukti sangat merugikan kesehatan.

Puasa Melatih Berhenti Merokok

Ketika puasa, sehari orang mampu menahan diri dari merokok. Maka ini bisa menjadi momentum untuk menghentikan kebiasaan merokok. Jika dipikir, para petani tembakau tidak pernah memagari tanamannya agar terhindar dari santapan binatang seperti kambing, sapi dan hama lainnya. Itu karena kambing tau, daun rokok memang tidak layak dimakan. Jika kambing saja bisa memiliki ‘kecerdasan’ seperti itu. Alangkah lebih baiknya lagi kecerdasan manusia.

Untuk berhenti merokok memang tidak mudah. Butuh niat yang kuat dari dalam diri sendiri. Meskipun demikian, berhenti merokok bukan suatu hal yang mustahil. Selamat mencoba!

 

[Catatan Ramadan #3]

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama